Friday, July 30, 2021

DAPOER BANG LOBE: Membangun Usaha di Masa Pandemi Covid-19


Ini cerita tentang usaha yang aku dan suami jalankan selama 7 (tujuh) bulan terakhir.

Alhamdulillah setelah melewati 1 (satu) semester Dapoer Bang Lobe masih bertahan dengan segala penambahan dan pengurangan disana sini. Usaha ini kami rintis dengan tujuan awal untuk berkontribusi lebih kepada orang-orang disekitar. Pandemi yang memasuki tahun ke-2 menyisakan PR di kalangan atas dan bawah. Kalangan atas dengan segala fasilitas yang dimiliki akan dengan mudah beradaptasi dengan "New Normal". Tidak demikian halnya dengan kalangan bawah, yang harus bersusah payah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Pada awal berdiri, ada 7 (tujuh) orang pekerja yang kami rekrut dengan latar belakang yang berbeda. Di bulan ke-7 hanya tersisa 1 (satu) orang yang sesuai dengan kriteria yang kami butuhkan. Seiring dengan kebijakan penanganan pandemi, kunjungan ke tempat usaha tidak seramai seperti diawal. Maka, pengurangan karyawan tidak mengganggu operasional usaha. 

Memulai usaha di masa "New Normal" jaaaaaaauuuuuhhhh berbeda dibandingkan sebelum pandemi (menurut suami) tidak hanya harus kuat menghadapi kenyataan (pernah suatu waktu tidak ada pelanggan sama sekali) juga harus beradaptasi dengan segala kemungkinan. Dari usaha ini kami banyak belajar, bahwa sebagai pengusaha harus punya banyak rencana. Bukan hanya Plan A dan B, kalau bisa sampai Z.

Beberapa catatan penting yang kami garis bawahi dari pengalaman kami adalah:

1. Tenaga kerja yang tersedia banyak, tapi hanya sedikit yang memenuhi kriteria
Jika diawal kami sangat permisif terhadap kemampuan pelamar yang minim, untuk kedepan keterampilan dan etika calon pekerja menjadi pertimbangan utama.

2. Pemilik usaha harus beradaptasi dengan kebutuhan konsumen
Bahasa awamnya, gak bisa terlalu idealis. Berusaha sudah pasti mengharapkan keuntungan, Keuntungan diperoleh ketika permintaan meningkat. Maka, menu yang kami hadirkan di Dapoer Bang Lobe sudah mengalami 3 (tiga) kali perubahan, semua disesuaikan dengan minat serta tren. Yaa..harus diakui konsumen saat ini memiliki kemerdekaan dalam memilih.

3. Go Digital
Ini yang paling penting. Masa PPKM adalah masa tersuram di tempat usaha, cuma lalat yang mau singgah. Gerai lain memberi promo gila-gilaan di aplikasi online yang memanjakan konsumen. Kita yang baru seumur jagung gak mungkin ngikutin lah, bunuh diri itu namanya...Maka yang kami lakukan adalah menciptakan peluang lain yang lebih tahan banting terhadap situasi saat ini (akan aku ceritakan di tulisan lain).

4. Gunakan waktu untuk menambah jejaring dan pengetahuan 
Mumpung saat ini traffic usaha tidak terlalu padat, maka ini saat yang tepat untuk bersosialisasi. Tidak mengapa jika saat ini hanya bisa bersilaturahmi secara virtual, mudah-mudahan pada saat bertatap muka ada peluang baru yang terbuka.

Pandemi bukan alasan untuk berhenti berusaha, semangat Lillahi Ta'ala membuat kita kuat menghadapi segalanya.

Semangat berwirausaha 🔥🔥🔥

Monday, July 26, 2021

BELAJAR WIRAUSAHA: Dagang Yuk...

Sembilan dari Sepuluh pintu rezeki adalah berdagang, bahkan Rasulullah SAW juga berdagang dan menjadi pedagang yang sukses. Sebagai anak yang terlahir bukan dari orangtua yang berprofesi pedangang, tidak pernah terpikirkan untuk menjadi pedagang. Gak pernah membayangkan juga kalau berdagang memiliki "multiplier effect" yang dahsyat.  Menjadi konsumen otomatis hanya menikmati pengalaman terhadap manfaat produk, tanpa pernah memikirkan bagaimana prosesnya. 

Setelah mencoba mengingat, ada beberapa pengalaman berdagang (tidak terencana) yang pernah aku jalani. Waktu SMA pernah jualan jambu air, karena pohon jambu di belakang dan depan rumah kalau sedang musim buahnya banyak banget. Setelah bekerja juga pernah jualan kue yang pakai sistem Pra Pesan. Jadi cuma terima orderan cuma saat hari libur saja. Pada saat pandemi juga sempat jualan masker cantik yang dijahit almarhumah Mami. Ternyata, tanpa disadari aku cukup menikmati kegiatan berdagang. Walaupun hanya sekedar menjadi penjual.

Tantangan sesungguhnya berdagang dimulai saat memiliki unit usaha sendiri. Mulai dari menyiapkan tempat usaha, tenaga kerja, promosi, dan keberlangsungan usaha. Memutuskan membuka unit usaha di masa pandemi memiliki tantangan tersendiri (kalau ada waktu aku bakal buat tulisan tersendiri pengalaman berusaha di masa pandemi). Kemajuan usaha tidak bisa diharapkan sama seperti sebelum pandemi Covid-19. Otomatis banyak waktu yang dihabiskan untuk promosi serta memikirkan strategi-strategi untuk meningkatkan penjualan.

Terkadang suka hopeless juga 😂 dan berakhir dengan scrolling media sosial, sambil lihat peluang yang ada. Ternyata, the power of social medial is amazing. Sejak bulan Juni kemarin ada beberapa peluang yang aku coba ikuti. Mulai dari bergabung dengan komunitas Blogger Medan lalu menjadi aggota Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI)

Ada beberapa pelatihan dan kompetisi yang kuikuti untuk menambah semangat berdagang dan terhindar dari putus asa 😁. Jum'at kemarin ngikutin pelatihan digital marketing untuk UMKM  Shopee , dan senin ini mengikuti pembukaan acara Wirausaha Digital  Mandiri Ekonomi Kreatif (WIDURI) yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  Republik Indonesia. Oh iya, ada dua kompetisi yang sedang aku ikuti untuk bisa meningkatkan keberlangsungan usaha. Ada instentif pembiayaan dari Kemenparkeraf RI, dan kompetisi inovasi kuliner yang diadakan Grab Indonesia . Mohon do'anya semoga keduanya mendapat hasil yang maksimal. aamiin...



Pembukaan Widuri Ekraf oleh Menparekraf


Inshaa Allah minggu depan aku bakal buat tulisan tersendiri tentang unit usaha yang sekarang sedang suami+aku jalankan. 

Semangat berwirausaha. lets local going global 🔥

<

Saturday, July 24, 2021

BELAJAR NULIS: Baca Lalu Tulis


Kehidupan setelah kuliah tidak terlepas dari mencari pekerjaan. Pada masa itu yang kukerjakan (hampir) setiap hari adalah membeli koran 
Analisa lalu menelusuri kolom iklan lowongan pekerjaan. Dilanjutkan dengan membuat surat lamaran dan mengirimkannya. Setelah konsisten melakukan hal demikian, akhirnya aku mendapatkan pekerjaan pertama yang tidak ada tuntutan untuk menulis (alhamdulillah ya 😁)

7 tahun setelah pekerjaan pertama, tiba saatnya ba
giku untuk mengabdi pada bangsa dan negara (halaahh 😁) alias jadi PNS. Itupun kuperoleh setelah tes untuk yang ketiga kalinya (alhamdulillah). Tiga pekerjaan sebelumnya, kegiatan menulis yang kulakukan hanya sebatas membuat laporan yang tidak terlalu sulit karena sudah ada acuan yang diberikan. 

Alhamdulillah di pekerjaan terakhir yang hingga saat ini masih kutekuni, menulis adalah suatu keharusan. Tahun-tahun awal menjadi peneliti dengan tuntutan menghasilkan karya tulis ilmiah (KTI)  berhasil kulewati berbekal semangat dan rasa ingin tahu. Meskipun terbiasa menulis KTI, ternyata menulis blog tidak semudah yang kukira. Aku merasa beruntung akhirnya menemukan komunitas Blog M yang menambah semangat untuk belajar hal baru (lagi). 

Imam Syafi'i rahimahullah pernah berkata "ikatlah ilmu dengan tulisan". maka, mutlak hukumnya untuk menulis agar ilmu menempel di ingatan dan tersebar.

Wallahu 'alam

Thursday, July 15, 2021

BELAJAR NULIS: Memori Sekolah Dasar


Kembali pada kenangan saat Sekolah Dasar, aku sudah mahir membaca di kelas 1 SD. Sembari menunggu Papi mengantar ke Sekolah, aku terbiasa membaca koran harian yang tulisannya rapat dan kecil. Berhubung Papi berlangganan majalah Tempo, majalah itu juga jadi santapan bacaan sepulang sekolah.  Saat itu Tahun 1986, kami tinggal di Pulau 
Simeulue mengikuti Papi yang bertugas disana. Tinggal di Pulau pada tahun 80-an agak menyulitkan bagi Papi Mami untuk mendapatkan bacaan yang sesuai usiaku. Setelah pindah ke Meulaboh, bahan bacaanku semakin beragam karena Papi dan Mami memberikan jatah berlangganan majalah Bobo dan Donal Bebek. Semakin dewasa jenis bacaanku semakin beragam. 

Dari sekian tahun pengalaman membaca yang bisa kuingat, sedikit sekali pengalaman menulis yang masih lekat di ingatan. Satu-satunya yang membekas, kenangan di kelas 4 SD, saat itu awal tahun pelajaran baru. Pada saat mata pelajaran Bahasa Indonesia, kami mendapat tugas membuat karangan yang menceritakan pengalaman selama liburan. saat itu jam pelajaran terakhir, hanya murid yang telah menyelesaikan tugas yang boleh pulang. Naahh....panik gak tuh...panik gak tuh...ya panik lah 😅 Meskipun aku termasuk anak yang cepat dalam proses belajar membaca, ternyata oh ternyata...aku sulit untuk menulis. Meskipun pada akhirnya tugas mengarang selesai dan aku bisa pulang 😁

Perlahan namun pasti aku mulai meningkatkan keterampilan menulis meskipun tidak sampai menang lomba, Alhamdulillah aku bisa menyelesaikan skripsi dan tesis tepat waktu. 

Berkaca dari pengalamanku, ternyata semua itu perlu dilatih. Kenapa di kelas 1 SD aku sanggup membaca koran harian dan majalah Tempo yang isinya "berat" untuk anak usia 7 tahun, semua itu karena "amunisi" yang tersedia. Kalau saja sejak usia dini aku sudah terbiasa menulis, maka tugas menulis akan mudah kuselesaikan tanpa perlu mengernyitkan kening.

Mari budayakan membaca dan menulis.


Friday, July 9, 2021

PERTAMA




Selalu ada yang pertama untuk semua

Pertemuan pertama

Langkah pertama

Kata pertama

Ciuman pertama

Cinta pertama


Tak perlu menunggu untuk yang selanjutnya

Jika takdir ia pasti akan tiba 

Gunakan waktumu untuk yang berguna

Kuharap tulisan ini kan bermakna



Medan, 9 Juli 2021

📸 cinta pertamaku